Naga di Kali Brantas
Kejadian di Kali BrantasTetanggaku di Malang, datang bercerita tentang Kali Brantas. Suatu waktu dia bermimpi, ada suara yang mengatakan agar warga di sekitar sungai Brantas agar segera menyingkir, karena Nyi Roro Kidul, salah satu pengusa laut Selatan akan mempunyai hajat. Dalam Suaranya mengatakan ingin membawakan oleh-oleh buat sang penguasa.
Diomongkannya mimpi itu, kebeberapa tetangga, ada beberapa yang percaya tapi banyak juga yang tidak mempercayai mimpi tersebut.
Malam harinya, warga dikagetkan dengan suara gemuruh dari arah hulu, banjir bandang. Warga berusaha menyingkir, dan melihat dari tempat yang aman. Banyak rumah yang tersapu banjir, ada beberapa warga yang terkurung di dalamnya. Ada satu keluarga terdiri dari tiga anak yang masih kecil-kecil yang ditinggal ayah dan ibunya untuk menonton wayang kulit. Sementara anak-anaknya tertidur dan terkunci dari luar. Hanyutlah rumah itu.
Tiba-tiba di antara suara derasnya air tampak suara gemuruh teriakan yang datang dari hulu….. sumbernya dari teriakan warga yang takjub akan suatu fenomena. Di tengah kali tersebut tampak seekor ular naga yang besar terbawa air dengan matanya yang mengeluarkan sinar sebesar lampu strongking (kalau sekarang sekitar lampu 200 Watt berwarna merah).
Dengan gagahnya dia tengadahkan kepala di antara kayu-kayu dan puing-puing kehancuran akibat banjir bandang tersebut.
Di sini, saya mau menceritakan kembali tentang naga yang pernah jadi perbincangan orang Malang sekitar tahun 1950an. Cerita ini disampaikan oleh nenek saya, Moetmainah, yang saat kejadian itu masih berusia 17 tahun. Waktu itu, warga di sekitar gunung kecil -yang nenek saya lupa namanya- di sekitar Sengkaling, melihat lubang besar dari gunung tersebut. Dari situlah sang naga keluar.
Rute perjalanan naga ini dari arah Sengkaling, melewati Sungai Brantas yang melintasi daerah Oro-Oro Dowo. Menurut teman nenek saya -kata nenek, Ngatminah namanya- ia sempat mendengar bunyi tetabuhan seperti arak-arakan pengantin kerajaan pada suatu malam. Meriah sekali bunyi itu, sehingga orang-orang kampung Oro-Oro Dowo pun penasaran dan menengok ke luar jendela bagian belakang rumah mereka.
Tampak seekor naga yang gagah dan indah melintas di sana. Naga itu memakai hiasan kepala seperti pengantin. Di belakang sang naga, diduga keluarga kerajaan yang entah dari dan mau pergi ke mana. Warga kampung pun heboh. Antara percaya tak percaya, mereka hanya bisa melongo melihat arak-arakan itu. Naga dan keluarga kerajaan itu melintas terus, mengikuti jalur Sungai Brantas yang berujung di laut selatan.
"Nogo e mlayu ngidul," begitu kata nenek saya.
Namun sayang, ternyata sang naga tidak hanya membawa keluarga kerajaan di belakangnya. Setelah melintas dan hilang dari pandangan mata, naga tersebut menyisakan bencana kecil di daerah pinggiran Sungai Brantas. Air deras yang datang setelah naga pun menyapu apa yang ada di situ. Saat pagi tiba, barulah tampak kerusakan yang diakibatkan banjir dadakan itu. Banjir malam itu tak terlalu parah, namun menyisakan rasa penasaran.
Hingga kini, nenek saya juga masih nggak habis pikir kenapa bisa begitu. Saya pun jadi bertanya-tanya lagi, apa sih naga itu? Masa sih naga itu nggak ada? Tapi kalau naga itu ada, di mana dia bersemanyam? Apa hubungannya juga antara naga dan banjir? Apakah itu berarti naga adalah simbol datangnya bencana?
Aneh memang, kenapa saya jadi penasaran pada yang namanya naga. Yang jelas, sosok naga yang digambarkan pada umumnya itu, bagi saya gagah dan indah. Saya pun punya versi naga sendiri dalam benak saya.
sumber:
http://morgendauw.blogspot.com/2012/...i-brantas.html