ZIARAH KE SYEKH BELA BELU, YOGYAKARTA Laku aneh sang syekh
Nama Syekh Bela-Belu disebut De Graaf dalam Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Orang Islam yang aneh, demikian sebutnya, merujuk pada dua sosok yaitu Syekh Bela-Belu dan Gagang Aking. Keberadaan keduanya, menurut De Graaf, menjadi indikasi pentingnya wilayah muara Sungai Opak pada masa kerajaan Mataram lama sekitar tahun 1000 masehi. Dua sosok tadi juga menjadi bukti tentang alam pikiran relijius Jawa di masa silam.
Penggambaran De Graaf bukanlah sebuah wujud hinaan. Surakso Trirejo, salah satu abdi dalem yang membersamai saya naik juga mengatakan hal serupa: aneh. Itu merujuk ke cara sang syekh menjalankan laku tirakat.
Dalam satu fragmen cerita rakyat dengan Maulana Maghribi, Bela-Belu pernah disinggung dengan perkataan “masa hanya makan terus” oleh ulama asal Persia tersebut. Perkataan itu pun, bukanlah sebuah cemoohan belaka. Hingga, menurut cerita rakyat setempat, badan Syekh Bela-Belu digambarkan gendut. “Syekh Bela-Belu itu menjalankan lelaku dengan makan,” ungkap Tri, nama panggilan Surakso Triredjo. “Tapi, yang beliau makan adalah nasi yang dimasak bersama pasir pantai,” lanjutnya. Saya mengernyitkan dahi, mencoba menduga dan melogikakan.
“Cara itu beliau tempuh untuk belajar sabar dan prihatin. Sebab beliau harus memilih satu per satu nasi di antara pasir tadi,” lanjut sang abdi dalem. “Masuk akal, kan?” tanyanya saat melihat saya masih keheranan. Kedua sosok tadi, Syekh Bela Belu dan Syekh Damiaking, adalah pelarian dari Majapahit setelah kerajaan itu mengalami pergeseran agama. Berdasar cerita rakyat, keduanya tiba setelah Panembahan Selohening menghuni area sekitar tempat tersebut. Jika menelusuri di internet, terdapat beberapa versi nama asli kedua sosok ini. Versi Tri, nama asli Bela-Belu adalah Joko Dander dan nama asli Damiaking adalah Joko Dandung.
Kedua nama ini masih berkelindan antara Brawijaya V, penguasa terakhir Majapahit, dan Panembahan Selohening. Ketiga tokoh ini disebut-sebut sebagai keturunan Brawijaya V yang melarikan diri dari kerajaan Majapahit. Masih versi Tri, Bela-Belu dan Damiaking adalah sepasang saudara. Kameramen: Muktafi (Aulia 55 cell)