Beberapa waktu lalu, saya kedatangan beberapa wartawan harian lokal. Sambil ngobrol santai ditemani kopi dan kudapan, mereka bertanya soal bencana Situ Gintung, menanyakan kejadian itu dilihat dari sisi Supranatural dan spiritual. Aku jabarkan dari sisi spiritual, tapi aku nggak mau ngebuka dari sisi Supranaturalnya, karena aku yakin sangat susah untuk diterima dengan nalar atau akal sehat. Apalagi rakyat Indonesia masih suka berpikiran logis, masih mudah mengatakan itu syirik, musyrik, bid’ah dll.
Tetapi mereka ngotot untuk bertanya dari perspektif supanatural.
Akhirnya aku meminta waktu sebentar sama mereka…..
Aku bermunadjat kepada Allah, memohon petunjuk…....
Dan disaksikan mereka, tasbihku berputar…. Menunjukkan: Kejadian alam itu disebabkan karena adanya penarikan pusaka di tempat itu. Pusaka sebagai ‘penguat’ situ itu telah hilang, diambil paksa.
Dulu beberapa waktu lalu, banyak para Sunan, wali atau orang” pintar sengaja menanam benda pusaka untuk tumbal atau penetralisir dari kekuatan-kekuatan hitam. Atau bisa juga sebagai penguat dari suatu bangunan atau gedung. Bagaimana, bila pusaka itu diambil???? Akan kuatkah bangunan itu??? Apalagi sekarang negara ini diributkan dengan situasi politik, banyak orang yg berebut, atau berambisi materi dan kekuasaan, pusaka inilah sebagai kambing hitamnya. Yang konon bisa untuk memperkuat cita” mereka dari sisi Supranatural. Apalagi dengan trendnya Anti Cukur, khodam pusaka untuk mewujudkan uang.
Mungkin kita akan ingat pembentukan wali songo yang pertama.
Syech Subakir
Ulama dari Persia (Iran) ahli supranatural (tumbal tanah angker/mengusir Jin, syetan, Gendruwo dsb. Tugasnya di Pulau Jawa dan beliau kembali ke negerinya, Persia tahun 1462 setelah tugasnya selesai.
Sebelum para wali menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa, mereka terlebih dahulu menetralisir pulau Jawa dari penguasa dan kekuatan ghaib yang hampir membuat seluruh pulau Jawa ini menjadi angker. Syeh Subakir memasang di tumbal di puncak gunung Tidar, lalu pada daerah-daerah angker dan rawan pengaruh kekuatan ghaib. Sehingga Pulau jawa aman dari kekuatan-kekuatan ghaib yg tersingkir karena pengaruh masuknya Islam.
Sumber: Punjer Wali Songo (Sejarah Sayyid Jumadil Kubro)
Tetapi mereka ngotot untuk bertanya dari perspektif supanatural.
Akhirnya aku meminta waktu sebentar sama mereka…..
Aku bermunadjat kepada Allah, memohon petunjuk…....
Dan disaksikan mereka, tasbihku berputar…. Menunjukkan: Kejadian alam itu disebabkan karena adanya penarikan pusaka di tempat itu. Pusaka sebagai ‘penguat’ situ itu telah hilang, diambil paksa.
Dulu beberapa waktu lalu, banyak para Sunan, wali atau orang” pintar sengaja menanam benda pusaka untuk tumbal atau penetralisir dari kekuatan-kekuatan hitam. Atau bisa juga sebagai penguat dari suatu bangunan atau gedung. Bagaimana, bila pusaka itu diambil???? Akan kuatkah bangunan itu??? Apalagi sekarang negara ini diributkan dengan situasi politik, banyak orang yg berebut, atau berambisi materi dan kekuasaan, pusaka inilah sebagai kambing hitamnya. Yang konon bisa untuk memperkuat cita” mereka dari sisi Supranatural. Apalagi dengan trendnya Anti Cukur, khodam pusaka untuk mewujudkan uang.
Mungkin kita akan ingat pembentukan wali songo yang pertama.
Syech Subakir
Ulama dari Persia (Iran) ahli supranatural (tumbal tanah angker/mengusir Jin, syetan, Gendruwo dsb. Tugasnya di Pulau Jawa dan beliau kembali ke negerinya, Persia tahun 1462 setelah tugasnya selesai.
Sebelum para wali menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa, mereka terlebih dahulu menetralisir pulau Jawa dari penguasa dan kekuatan ghaib yang hampir membuat seluruh pulau Jawa ini menjadi angker. Syeh Subakir memasang di tumbal di puncak gunung Tidar, lalu pada daerah-daerah angker dan rawan pengaruh kekuatan ghaib. Sehingga Pulau jawa aman dari kekuatan-kekuatan ghaib yg tersingkir karena pengaruh masuknya Islam.
Sumber: Punjer Wali Songo (Sejarah Sayyid Jumadil Kubro)
5 komentar:
Pembentukan Wali Songo
Dalam pertemuannya dengan Sultan Muhamma I (Raja Turki saat itu) Sayyid Jumadil Kubro mengusulkan agas Sultan Muhammad I mengundang beberapa ulama’ dari wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara yang memiliki karomah besar untuk diajak musyawarah membahas kegiatan dakwah Islam dan pengembangannya di Pulau Jawa.
Setelah mendengar dan memperhatikan cerita pengalaman dan temuan Sayyid Jumadil Kubro tentang situasi dan keadaan agama Islam di daerah Pulau Jawa, akhirnya disepakati bahwa, untuk melakukan kegiatan dakwah ke Pulau Jawa ditunjuk dan ditugaskan 9 (sembilan) orang ulama’ (Auliya) dengan berbagai keahliannya masing”. Sembilan orang itu akan dibagi menjadi tiga bagian, Jawa Timur tiga orang ulama, Jawa Tengah tiga orang ulama, Jawa Barat itga ulama dengan masa bhakti satu abad, apabila terjadi ada yang wafat atau pindah dari Pulau Jawa harus mengadakan rapat untuk mencari penggantinya. Kesemblan ulama tersebut selanjutnya dilembagakan dan ditetapkan dengan sebutan WALI SONGO yang untuk pertama kalinya beranggotakan sembilan ulama:
1. Maulana Malik Ibrahim
lama dari Turki ahli Tata negara dan pengobatan, beliau berdakwah di Jawa Timur, wafat di Gresik tahun 119M.
2. Maulana Ishaq
Ulama dari Samarkhan beliau putra dari Sayyid Jumadil Kubro, ahli pengobatan, berdakwah di Jawa Imur, setelah tugas di Blambangan Banyuwangi beliau pindah ke Pasai. Menurut KH. Abdurrahman Wahid beliau wafat dan dimakamkan di Jombang di Jl. Garuda Dusun Tambak Beras, Desa Tambak Rejo Kecamatan Jombang (Jawa Timur).
3. Maulana Jumadil Kubro
Ulama dari Samarkhan Azarbaizhan, ahli militer dan beliau terkenal sebagai orang sakti, berdakwah di lingkungan Kerajaan Majapahit, wafat di Troloyo Mojokerto tahun 1465 M.
4. Maulana Ahmad Al Maghroby (Sunan Geseng)
Ulama dari Maroko Afrika Utara, beliau terkenal sebagai orang yg kuat dan sakti, berdakwah di Jawa Tengah, wafat di daerah Mojopahit dan di makamkan di pesantrennya Jati Anom Klaten 1465 M.
5. Maulana Malik Isroil
Ulama dari Turki ahli mengatur negara, berdakwah di Jawa Tengah, wafat di daerah Gunung Santri Cilegon Jawa Barattahun 1435 M.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar
Ulama dari Persia (Iran) ahli Pengobatan dan pertanian berdakwah di Jawa Tengah, Wafat di daerah Gunung Santri Cilegon Jawa Barat tahun 1435 M.
7. Maulana Hasanudin
Ulama dari Palestina, berdakwah di Jawa Barat dan beliau terkenal sebagai orang sakti, wafat tahun 1462 M, dimakamkan di samping Masjid Banten Lama.
8. Maulana Alayudin
Ulama dari Palestina, berdakwah di Jawa Barat, wafat tahun1462 M, dimakamkan di samping masjid Banten Lama.
9. Syech Subakir
Ulama dari Persia (Iran) ahli supranatural (tumbal tanah angker/mengusir Jin, syetan, Gendruwo dsb. Tugasnya di P. Jawa dan belia kembali ke negerinya, Persia tahun 1462 setelah tugasnya selesai.
Dari sembilan ulama (wali Songo) generasi pertama ini yg ditunjuk sebagai pemimpin atau Mufti adalah Maulana Malik Ibrahim yg bertempat tinggal di Gresik.
Sembilan Wali ini diberangkatkan oleh Sultan Muhammad I dari Turki pada tahun 1404 M dengan mengnedarai kapal dagang dan membawa barang dagangan.
Wali SONGO Periode II
1. Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) beliau menggantikan Maulana Malik Ibrahim yg wafat pada tahun 1419 M, dan dimakamkan di Gresik. Beliau menjadi Mufti Wali Songo selama 15 tahun
2. Maulana Iskhak (TETAP)
3. Maulana Jumadil Kubro (Tetap)
4. Maulana Muhammad Almaghribi (Sunan Geseng) (Tetap)
5. Sayid Ja’far Sodiq (Sunan Kudus)
Beliau menggantikan Maulana Malik Isro’il yg telah wafat pada tahun 1435 M, beliau menjadi anggota Wali Songo selama 31 tahun dan dimakamkan di Gunung Santri Cilegon Jawa Barat.
6. Sayid Sarif Hidayatulloh (Sunan Gungung Jati).
Beliau menggantikan Maulana Ali Akbar yg telah wafat pada tahun 1435 M dan beliau dimakamkan di Gunung Santri Cilegon Jawa Barat. Beliau menjadi anggota Wali Songo selama 31 tahun.
7. Maulana Hasanudin (Tetap)
8. Maulana Aliyudin (Tetap)
9. Syeh Subakir (Tetap)
Rapat ini di selenggarakan di Ampel, Surabaya, mengangkat Sunan Ampel sebagai Mufti dari Wali Songo. Banyak Adipati dan Pembesar dari Majapahit yg hadir, bahkan Prabu Kartawijaya juga ikut hadir dan mendukung Sunan Ampel.
Walisongo Periode III
1. Sayid Rahmatulloh (Sunan Ampel) Tetap
2. Raden Paku (Maulana Ainul Yakin) (Sunan Giri) anaknya Maulana Iskhak dengan Ibu Dewi Sekardadu Blambangan, beliau mengantikan ayahnya Maulana Iskhak karena pindah ke Pasai.
3. Maulana Jumadil Kubro (Tetap)
4. Maulana Muhammad Almaghribi (Sunan Geseng) tetap
5. Sayid Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) Tetap
6. Sayid Sarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) tetap
7. Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Beliau anak Sunan Ampel menggantikan Maulana Hasanudin yg wafat pada tahun 1462 Masehi, beliau dimakamkan di di samping Masjid Banten Lama. Beliau menjadi anggota Wali Songo selama 58 Tahun.
8. Raden Qosim (S. Drajat). Beliau anak Sunan Ampel mengantikan Maulana Aliyudin dari Palestina wafat tahun 1462. Beliau dimakamkan di samping mMasjid Banten Lama. Beliau menjadi anggota Wali Songo selama 58 tahun.
9. Raden Said (Sunan Kalijaga) anak adipati Wilatikta Tuban menggantkan Syeh Subakir yg kembali ke negaranya Persia karena tugasnya sudah selelsai. Belia menjadi anggota Wali Songo selama 59 tahun.
WALISONGO PERIODE IV
1. Sayid Ali Rahmatullaoh (Sunan Ampel) tetap
2. Raden Paku (Ainul Yaqin) nama kecilnya Joko Samudro (tetap)
3. Raden Hasan (Raden Patah) menggantikan Sayid Jumadil Kubro yg wafat pada tahun 1465M.
4. Raden Umar Said (Sunan Muria) menggantikan Maulana Muhammad AL Maghribi yg wafat pada tahun 1465M.
5. Sayid Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) Tetap
6. Fatkullah khan atau biasa disebut orang Faletehan. Beliau menggantikan ayahnya Sarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yg sudah terlalu tua.
7. Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) tetap
8. Maulana Alayuddin (tetap)
9. Radden Said (Sunan Kalijaga) tetap
WALISONGO PEROIODE V 1479M
1. Raden Paku (Ainul Yakin) atau biasa dikenal dengan Sunan Giri (Tetap)
2. Raden Patah (Raden Hasan) Tetap
3. Raden Umar Said (Sunan Muria)tetap
4. Sayid Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) Tetap
5. Fatkhullah Khan atau disebut Faletehan (Tetap.
6. Radn Ma’dum Ibrahim (Sunan Bonang) tetap
7. Raen Qosim (Sunan Drajat) anaknya Sunan Ampel (Tetap)
8. Raden Said (Sunan Kalijaga) Tetap
9. Syeh Siti Jenar memggantikan Sayid Ali Rahmatullaoh (Sunan Ampel) yg telah wafat pada tahun 1478 M.
WALISONGO
Setelah periode V tidak ada rapat pembentukan lagi. Masyarakat luas memahami anggota Wali Songo berranggotan sembilan orang hanya beliau” ini:
1 . Maulana Malik Ibrahim (Gresik)
2. Maulana Ali ohmatullah (Sunan Ampel)
3. Maulana Maqdum Ibrahim (Sunan Bonang)
4. Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri)
5. Raden Qosim (Sunan Drajat)
6. Raden Umar Said (Sunan Muria)
7. Syayid Jakfar Sodiq (Sunan Kudus
8. Raden Said (Sunan Kalijogo)
9. Sayid Sarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
Posting Komentar